Jakarta – Melalui gadget, hampir tiap hari kita diperhadapkan dengan fenomena keadaban dalam dunia pendidikan. Semisal seorang siswa yang berani menantang gurunya berduel, baik di ruangan kelas maupun di luar sekolah. Sebaliknya, ada juga guru yang menampar muridnya karena menjatuhkan minumannya di lantai kelas.
Peristiwa tersebut, sungguh memprihatinkan. Terlepas dari apapun penyebabnya, fenomena yang terjadi setidaknya telah dapat menunjukkan buruknya nilai-nilai keadaban dalam dunia belajar mengajar. Seperti dikutip dari kompasiana.com, Annisa Intan Maharani menilai adab merupakan pondasi awal bagi orang yang menuntut ilmu.
Menurutnya, tanpa adanya pondasi maka akan sangat berbahaya ketika generasi remaja kemudian tumbuh dewasa dan menjadi orang yang kurang layak untuk ditiru. Begitu juga dengan guru yang apabila mengesampingkan nilai-nilai keadaban, maka akan melahirkan generasi yang minim budi pekerti.
Annisa yang merupakan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta itu menilai, fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini dapat menjadi cerminan bagaimana kedudukan adab yang masih lemah dan belum tertanam dengan baik dalam diri peserta didik. Bahkan permasalahan tersebut menciptakan ketiadaan adab di masyarakat. Hal tersebut salah satunya dapat disebabkan karena pada saat ini sebagian besar lembaga dalam pendidikan lebih mengutamakan kepintaran (nilai) daripada memupukkan karakter beradab (etika).
Sebagai solusinya, Annisa menawarkan pilihan cara pendidikan dalam rangka membentuk adab, yaitu: (1) memberi petunjuk dan pendekatan dengan cara menyampaikan dan memahamkan peserta didik hingga dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk; (2) menyampaikan pembelajaran dengan tutur kata yang baik dan sopan, sehingga nantinya peserta didik juga dapat meniru apa yang diajarkan oleh pendidik tersebut; (3) memberikan teladan yang baik kepada peserta didik; dan (4) melatih dan membiasakan berperilaku yang baik serta selalu mengingatkan peserta didik untuk dapat menerapkan nilai-nilai keadaban dalam kehidupan.