Jakarta – Presiden Joko Widodo meminta agar kualitas udara yang semakin tidak sehat di Jabodetabek, segera ditangani. Dalam catatannya, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 156 (unhealty). Angka tersebut, cukup buruk dibandingkan kualitas udara pada tahun 2021 yang berada di level 87,23.
Presiden Jokowi menyebut, memburuknya kualitas udara akibat dari kemarau panjang, pembuangan emisi kendaraan, dan aktifitas industri di wilayah Jabodetabek, khususnya yang menggunakan bahan bakar batu bara.
“Saya memiliki beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian seluruh kementerian dan lembaga terkait. Yang pertama jangka pendek, secepatnya harus dilakukan intervensi yang bisa meningkatkan kualitas udara di Jabodetabek lebih baik,” ujar Jokowi saat rapat terbatas di Istana Presiden, Jakarta, Senin (14/8/2023).
Menanggapi hal tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan, pihaknya mengaku kesulitan untuk menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dalam rangka mengurangi polusi udara di Jabodetabek.
Menurutnya, peluang pertumbuhan awan di langit Jabodetabek sangat kecil. Sedangkan cara yang paling efektif untuk mengurangi polusi udara di Jabodetabek, yaitu dengan air hujan. “Tapi saat ini kecil peluang pertumbuhan awan, sehingga sulit melakukan TMC,” kata Ardhasena, Selasa (15/8/2023).
Selain rekayasa cuaca, Jokowi juga meminta agar memperbanyak ruang terbuka hijau dan menerapkan sistem Work From Home (WFH). “Tentu saja ini memerlukan anggaran, siapkan anggaran dan jika diperlukan kita harus berani mendorong banyak kantor melaksanakan hybrid working, work from office (jadi) work from home mungkin”, ujar Jokowi.